Tahapan Umur Manusia

Wallpaper bisa kawan unduh dari Image di atas:

PENGINGAT BAGI YANG TIDUR TERLELAP
AKAN TAHAPAN UMUR MANUSIA

Oleh: Jamaluddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzy
(wafat pada tahun 597 H)
Penerjemah: Iskandar Alukhal Z

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Serta taufiq dan hidayah hanya atas kehendakNya

Syaikhul Islam sang ulama’ besar, sang imam, sang hafidz, mufti sejagat, keberkahan zaman, penghidup Sunnah, Jamaluddin Abu Al-Faraj Abdurahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Khazrajy -semoga Allah merahmatinya- berkata: “Segala puji bagi Allah yang menjadikan umur manusia bertahap-tahap, beruntunglah bagi dia yang melaksanakan apa yang telah ditetapkan, rugi dan kesedihan bagi dia yang menyia-nyiakan apa yang telah ditakdirkan. Ia (tahapan umur ini) ditetapkan untuk menggapai angan-angan, mengisi kekosongan, tambahan laba bagi yang berdagang, dan juga merupakan penghancur arwah bagi pendurhaka. Kebaikan bisa dilipatgandakan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat bahkan melebihinya, sedangkan keburukan mengembalikan yang lurus kepada keadaan semula.

Bermodal waktu kehidupan yang sedikit ini, keabadian di surga bisa dibeli, kekal di sana bak kekalnya sang Maha Penyayang. Siapa yang menyia-nyiakannya, maka ia telah jatuh dalam kerugian yang amat besar.

Maka hendaklah bagi hamba yang berakal agar menyadari betapa penting kadar umur yang ia miliki. Bagi jiwa yang suci agar ia memperhatikan perkara diri, kemudian memanfaatkan lagi apa yang telah tertinggal jauh pada masa lampau. Siapa tahu, dengan meninggalkan begitu saja perkara yang terlupa tadi, tenyata ialah sebab kehancuran diri.

TAHAPAN MASA UMUR MANUSIA

Ketahuilah -semoga Allah memberimu taufiq-, masa umur manusia ada lima tahap:
1.      Masa pertama: Dari sejak lahir hingga masa baligh, yaitu hinga umur 15 tahun.
2.      Masa kedua: Dari masa kebalighannya hingga akhir masa remaja, yaitu hingga genap berumur 35 tahun, inilah yang disebut masa remaja.
3.      Masa ketiga: Dari masa itu hingga genap berumur 50 tahun, ialah masa dewasa, juga disebut masa Al-Kuhulah.
4.      Masa keempat: Dari usia 50 tahun hingga 70 tahun, masa ini disebut masa tua, juga disebut masa As-Syaikhuhah.
5.      Masa kelima: Usia setelah 70 tahun, maka masa ini disebut masa tua renta, disebut dalam bahasa Arab masa Al-Haram.

BAB 1: MASA PERTAMA

Perlu diketahui, pada masa pertama ini sebagian besar urusan anak masih tergantung pada campur tangan kedua orang tua. Mereka berdua, ayah dan ibu-lah yang mendidik anak, mengajarinya, dan mengurusi semua urusan demi kebaikan si anak. Maka pada masa ini orang tua tidak boleh merasa bosan dan lelah demi mendidik dan mengajar si anak. Karena pendidikan pada masa kecil, layaknya seeorang yang mengukir ukiran di atas batu. Sahabat Rasulullah ‘Ali R.A. berkata ketika menjelaskan Firman Allah -Subhaanahu Wata’aala-:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka” (QS. At-Tahrim: 6)

Ali R.A. menjelaskan: “Ajarilah anak-anak kalian dan didiklah”. Dengan demikian masyarakatpun mulai mengajari putra-putri mereka tata cara bersuci, tatacara shalat. Setelah putra-putri mereka menginjak umur 7 tahun, para orang tua mulai memukul si-anak jika meninggalkan ibadah shalat. Mereka juga mengajarkan hafalan Al-Qur’an, memperdengarkan hadits-hadits Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi Waallam-, membekalkan ilmu semampu mereka, menunjukkan bahwa yang buruk adalah buruk, mengajak merealisasikan akhlak-akhlak yang mulia. Dan pada masa itu tidak bosan-bosannya para orang tua mendidik anak-anak ala kadar kemampuan; karena masa itu adalah masa menanam bibit.

Seorang penyair Arab berkata -yang artinya-:

-          Jangan kau lupa didik si kecil … Meski kau rasakan pedihnya lelah

-          Biarkan saja mereka yang sudah tumbuh menua … Mereka terlalu besar untuk dididik
Penyair yang lain-pun berkata:

-          Ranting pohon akan lurus jika kau luruskan … Tetapi batang kayu tidak akan pernah lunak

-          Pendidikan waktu kecil mungkin akan berguna … tetapi tidak, untuk yang telah beruban

Tersebut di dalam sejarah, Raja Abdul Malik bin Marwan sangat mencintai anaknya Al-Walid, karena kecintaanya itu ia tidak menyuruh seorang gurupun bagi Al-Walid agar dididik olehnya, maka tumbuhlah ia (Al-Walid) menjadi sosok seorang anak yang banyak kekeliruannya. Sampai-sampai ia sang Raja Abdul Malik berkata: “Aku kecewa dan merasa terganggu, betapa pengecutnya Al-Walid anakku itu”.

PEMBAHASAN

Seorang anak terkadang dianugerahi kecerdasan dan kemandirian berpikir sejak kecil, Allah –Subhaanahu Wata’aala- berfirman dalam hikayahNya tentang Nabi Ibrahim –Alaihis Salaam-:

وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ
artinya: Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran (kematangan berpikir) sebelum (Musa dan Harun)”  (QS. Al-Anbiya’:51)

Disebutkan di dalam kitab tafsir: bahwa Ibrahim -Alaihissalaam- waktu itu masih berumur 3 tahun, pada umur sekecil itu, ia telah mampu merenung dan mentadaburi apakah para bintang, bulan, dan matahari itu? seperti yang ia katakan pada ayat lain hingga ia berkata:

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (QS. Al-An’am: 79)

PEMBAHASAN

Jika si balita sudah melewati umur 5 tahun, maka akan tampak jelas kematangan cara fahamnya, keaktifan berbuat kebaikan, mulai bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk, dan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang hina. Atau malah sebaliknya, ia tidak bisa melakukan hal-hal kebaikan tersebut karena pendidikan yang kurang mendukung.

Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab -R.A.- berjalan melewati sekumpulan anak-anak kecil yang sedang bermain. Ketika umar tiba, mereka semua kabur dari Umar karena kebesaran nama dan kemuliannya yang tersohor seantero negeri. Akan tetapi yang mengejutkan, seorang anak yang bernama Ibnu Zubair (putra dari Az-Zubair) -R.A.- tidak lari dari khalifah Umar. Lalu berjalanlah Umar bin Khattab menghampiri dan bertanya kepadanya: “Hai bocah, Mengapa kamu tidak lari meninggalkanku?” dan dia menjawab: “Jalan ini tidaklah sempit tuanku, aku masih bisa melapangkannya bagimu (tanpa kabur)! Aku tidak pula memiliki dosa kepadamu, mengapa aku harus takut darimu?!”.

Sang Khalifah juga pernah bertanya kepada seorang anak perdana menterinya, yang waktu itu ia sedang berada di rumah Khalifah: “Mana yang lebih nyaman, rumah kami ataukah rumah kalian?” Si anak menjawab: “rumah kami tuanku”. Sang khalifah balik bertanya keheranan: “kenapa?” ia menjawab: “karena anda berada di sini”. Sungguh bocah yang berani.

Maka tampak jelaslah bahwa cara memahami seorang anak begitu pula  cita-citanya yang tinggi atau malah sebaliknya yaitu kekurangannya, adalah karena kemauannya sendiri. Terkadang kita bisa melihat jika sekumpulan anak kecil berkumpul dan bermain-main, lalu berkatalah anak yang memiliki mentalitas tinggi “siapa yang ikut bersama timku?”. Sedangkan yang memiliki semangat kecil, ia akan berkata “aku ikut bersama siapa nanti?”. Selain itu, anak yang bercita-cita dan berkemauan tinggi lebih memiliki rasa keingintahuan yang besar daripada yang lainnya.

PEMBAHASAN

Jika umur si anak telah mencapai masa baligh, maka sang ayah harus menikahkannya. Telah diriwayatkan dalam suatu hadits Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-: “Siapa yang telah memiliki anak yang telah memasuki masa baligh, dan belum menikahkannya padahal si anak mampu, maka jika anak itu berdosa (sebab belum dinikahkan), dosa anak itu akan dibagi rata antara keduanya (antara orang tua dan anak)”

Yang sangat disayangkan dari orang tua, ia lupa akan keadaanya semasa mendekati masa baligh dulu. Padahal pada masa itu ia juga merasakan rasa lelah (memerangi hawa nafsu) dan orang tua-pun pernah merasakan dosa layaknya apa yang dirasakan oleh si anak.

Ibrahim Al-Harby berkata: “Akar dari rusaknya akhlak seorang anak adalah karena pergaulan satu sama lainnya”. Bagi seorang anak yang lebih mementingkan menuntut ilmu daripada menikah, hendaklah ia menguatkan dirinya dengan bersabar. Seperti Imam Ahmad bin Hanbal -semoga Allah merahmatinya-, ia belum menikah kecuali saat ia berusia 40 tahun.


BAB 2: MASA KEDUA

Masa kedua dari 5 tahapan umur manusia dimulai dari masa baligh hingga akhir masa remaja. Inilah masa paling agung untuk berjuang dan berjihad mengalahkan diri sendiri, hawa nafsu, dan rintangan setan. Dengan menjaga baik masa ini, seorang hamba akan memperoleh kedekatannya kepada Allah -Subhaanahu Wa Ta’aala-, dan dengan mengacuhkan kebaikan masa ini, ia akan benar-benar memperoleh kerugian yang besar. Ia berhak memperoleh pujian bagi  yang bersabar atas kekhilafan pada masa kadua ini, layaknya pujian Allah kepada Nabi Yusuf -Alaihissalaam-, karena ujian yang diembankan pada sang Nabi begitu hebat, yang jika saja selainnya menduduki posisi Nabi Yusuf, pasti akan terpeleset pada kekhilafan.

Nabi Muhammad -Shallallahu Alaihi Wasallam- bersabda: “Allah takjub kepada seorang pemuda yang tidak memiliki sifat layaknya seorang pemuda (pada umumnya)”. Maka Allah ta’ala berfirman: “Hai anak muda yang meninggalkan syahwatnya karenaKu, kau bagiKu layaknya sebagian malaikat.”

Seseorang yang sudah baligh haruslah tahu, bahwa sejak hari balighnya ia wajib mengetahui siapakah Allah –Subhaanahu Wata’aala- berdasarkan dalil, bukan hanya mengikut-ikuti (taqlid buta). Saatnya bagi diri melihat siapa dirinya sendiri dan melihat betapa rapi dan anggun anggota tubuhnya (yang merupakan ciptaan Allah). Lalu dengan kerapian yang menakjubkan itu, ia mentadaburi dengan akalnya, siapa yang telah membangunnya begitu tertata rapi?

Ia sebagai seorang pemuda harus menyadari akan adanya dua malaikat yang selalu turun sepanjang waktu menulis semua amalan yang dikerjakannya. Lalu amalannya itu nantinya pasti ditampakkan di hadapan Allah -Subhaanahu Wata’aala- suatu hari nanti. Allah -Subhaanahu Wata’aala- berfirman:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ(12)
Artinya: (10) “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), (11) yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), (12) mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12)

Muhammad bin Al-Fadhl -Semoga Allah merahmatinya- berkata: “Sudah 40 tahun aku tidak mendikte kepada dua penulis amalanku, kalau aku melakukannya, maka aku akan benar-benar malu dari mereka berdua (karena dosa)”

Seorang hamba hendaknya memperhatikan amalan apa yang diangkat (kepada Allah) dari amalan yang dikerjakannya. Jika ternyata ia banyak melakukan kesalahan, maka cepat-cepatlah menghapus kesalahan itu dengan  cara bertaubat kepadaNya.

Hendaknya ia juga menjaga penglihatan dari yang diharamkan olehNya.  Allah -Subhaanahu Wata’aala- berfirman:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya”” (QS. An-Nuur: 30)

Nabi Muhammad -Shallalahu ‘Alaihi Wasallam- juga bersabda: “Pandangan (seorang pemuda) kepada wanita seperti anak panah daripada anak-anak panah setan, siapa yang meninggalkan (perbuatan itu) karena mengharapkan keridhaan Allah, maka aku akan mendatanginya dalam keadaan ia beriman, dan ia akan merasakan manisnya (iman) di dalam hati. Siapa yang menjaga pandangannya ia telah selamat (dari siksaan).”

Cukuplah dengan memandang satu wanita saja, dan tidak mencari-cari kelonggaran untuk menikmati banyak wanita. Karena ia (pandangan itu) memecah belah hati, melemahkan tenaga, dan tak akan ada ujung pangkal kepuasannya.

Sebagian ulama salaf berkata kepada dirinya sendiri: “Di sini (ruangan ini) tidak ada apa-apa kecuali pecahan benda dan wanita ini, maka selayaknya kau (hai wanita) bersabarlah (dari godaan syahwat), atau kalau tidak, kau mati saja.”

Banyak sekali yang menyesal di masa tuanya karena telah menyia-nyiakan masa mudanya, mereka manangisi apa yang telah mereka lewatkan dahulu. Maka panjangkanlah  shalat hai kalian yang suatu saat pasti akan segera duduk saja (di masa tua), dan perbanyaklah puasa hai kalian! Yang pasti suatu saat nanti tidak akan kuat lagi berpuasa.

Manusia terbagi menjadi tiga macam; Ia yang selalu mengisi umurnya dengan kebaikan dan terus beristiqomah di atas jalannya, maka ia termasuk orang-orang yang berhasil. Kedua ialah ia yang mencampuradukkan waktunya dan menyia-nyiakkannya, maka orang ini termasuk orang yang merugi. Lalu yang ketiga adalah orang yang mengisi umurnya dengan keburukan dan maksiat, maka orang ini termasuk orang-orang yang akan dihancurkan.

Seorang pemuda harus bisa menyadari berada di possisi manakah ia sekarang, karena tidak akan ada masa yang seperti itu lagi nanti. Lalu melirik betapa tinggi harga dan betapa mulia barang dagangan melimpah yang ia miliki saat ini.

Bersabarlah… bersabarlah hai pemuda, sesungguhnya pemuda yang akan segera menikah juga bisa bersabar, meskipun ia memiliki hasrat yang sangat tinggi (karena ia akan segera menikah sebentar lagi). Hingga suatu hari akan dikatakan “bagus, sekaranglah harimu!”

Berhati-hatilah dari kekhilafan masa muda, karena kekhilafan adalah sebuah wadah jelek di antara sederet barang dagangan yang tampak menawan.

Siapa yang telah jatuh tersungkur pada masa muda ini, maka lihatlah kemana kenikmatannya pergi! Yang tertinggal hanyalah kesengsaraan yang tiada henti, kesengsaraan yang jika teringat akan terasa sakit di hati, menyebutkannya saja akan menjadi sebuah hukuman bagi diri. Siapa yang merobek pakaian orang yang bertakwa, maka sama saja akan dijual juga pada khalayak masyarakat dengan pakaian yang sobek-sobek.

Al-Junaid -Semoga Allah merahmatinya- berkata: “Jika seorang hamba beramal sedikit saja selama masa hidup seribu tahun, lalu ditampakkan semua amalannya di depan Allah sekejap saja, maka amalan yang terlewatkan akan tampak lebih banyak kekosongannya daripada amalan yang telah ia kerjakan.”

Sebagian ulama’ salaf -semoga Allah merahmati mereka- berkata: “Aku ingin sekali kedua tanganku ini dipotong sehingga diampuni dosa-dosaku pada masa remaja (karena ulah tanganku ini)”

Penulis -semoga Allah merahmatinya- suatu saat pernah berkata ketika memberikan arahan: “Hai para remaja… kalian sekarang sedang berada di tengah badui (tengah padang pasir), dan kalian memiliki batu permata yang akan kalian bawa ke negri balasan (tujuan) nan jauh di sana. Maka berhati-hatilah kalian dalam perjalanan, jangan sampai tertipu oleh hawa nafsu, kemudian karena itu kalian membeli sesuatu yang tak berharga dengan menjual permata itu, jangan sampai! Pergilah saja ke negri balasan itu, maka saat kalian sampai di sana, kalian akan melihat sebagian musafir ada yang mendapatkan laba banyak, dan sebagian lagi menangis berduka atas barang yang telah hilang mereka jual. Sedang ia berkata: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, betapa jauh jika aku mau kembali lagi kepada apa yang telah berlalu.”

Ada sebuah syair yang penulis tuliskan:

-          Masa muda adalah masa kegelapan bagi mereka yang diberi petunjuk … dengannya orang bodoh nan durhaka akan tersesat

-          Meninggalkan dosa di masa rambut beruban … tidak seperti meninggalkannya  pada masa rambut berwarna hitam

-          Maka bergembiralah jika kau perjuangkan dirimu dalam bersabar … Hai kau yang berteriak-teriak sadarlah dari permainan dan hai api padamlah dirimu

-          Dapatkanlah pujian Yusuf karena kesabarannya … Berhati-hatilah dari ketergesaan Adam yang menyebabkan keterpurukan

-          Kalau saja ia bukan seorang yang terpilih, ia adalah suatu aib … Bermaksiat bagimu kesedihan yang amat suram

-          Tundukkanlah ia dengan sabar yang indah dan tetaplah … Berpuasa panjang, karena ia layaknya pendingin bagi tubuh

-          Jagalah diri, hindari yang haram dan puaslah … Dengan yang halal atas apa yang kau dapatkan, maka kau akan dipuji pada hari nanti

-          Tinggalkan kekanak-kanakan, karena Allah memuji yang bersabar … Hai jiwa, inilah musimnya, maka berbekallah

-          Sabaran dari godaan syahwat dirimu, taubat … Tetapkanlah, dan lawanlah syahwat karena ia tak akan pernah tidur

-          Kamu akan dipuji di sana jika kau tinggalkan hawa nafsu … Hai yang berbahagia, bahagialah dengan kehidupan yang lapang dan makmur

-          Jika kau mau, dapatkan kebanggaan dengan jalan yang lebih jauh lagi

BAB 3: MASA KETIGA, MASA DEWASA

Pada masa ini masih ada pada diri seseorang sisa-sisa sifat remaja. Jiwa pada masih lebih condong kepada syahwat. Akan tetapi di dalam jiwa ada usaha yang lebih baik untuk melawannya. Meski kekuatan mulai tercabut oleh pengaruh penuaan, sekarang ia-pun mulai enggan dengan hiburan dan senda gurau remaja.

Cukuplah waktu bagi sosok dewasa yang ubannya mulai menyinari sebagian perjalanannya. Maka perlakukanlah sisa diri yang masih condong kepada hawa nafsu itu dengan membawanya kepada keuntungan, keuntungan yang lebih,  tidak seperti keuntungan yang dulu pada masa remaja lagi.

Imam Syafi’I -semoga Allah marahmatinya- berkata: “Barang siapa yang mendatangi wanitanya dalam keadaan haid, maka ia wajib membayar satu dinar emas. Jika ia mendatanginya pada masa akhir haid, maka ia harus membayar dengan setengah dinar.”

Karena ketika ia diwajibkan membayar satu dinar, ia masih dekat dengan waktu jima’ (hubungan intim antara suami dan istri) sebelumnya, sehingga tak ada udzur baginya untuk melakukan jima’ saat haid. Sedangkan pada masa akhir haid, ia jauh dari jima’ sebelumnya, maka dari itu ada keringanan bagiya.

Penulis -semoga Allah merahmatinya- berkata dalam syairnya:

-          Aku telah melihat uban terlihat jelas bercahaya … Menyinari jalan-jalan kemudian ia melampaui batas

-          Sesungguhnya cahaya muda itu palsu buatku … Lalu datanglah yang menimbunnya sampai kembali lagi

-          Telah datang kepadaku yang menasihati dan telah tiba kepadaku orang yang memperingatkan … Dengan warna putih yang benar-benar aku lihat

-          Tinggalkan percakapan kekanak-kanakan dan omong kosong … Dan menangkanlah hai yang berbahagia dengan kebahagiaan yang lapang

-          Lalu lepaskan obrolan malam dan perbincangan bintang Nu’am … Masa’, Kultsum, dan tinggalkanlah Da’da (nama-nama bintang)

-          Berbekallah layaknya orang yang mempersiapkan bekal untuk musim dingin, karena … Musim gugur telah lewat, meski bunga mawar telewat saat itu

-          Berdirilah di depan pintu untuk meminta ampun dari Tuanmu … Karena Ia masih mengasihi hamba

Beliau juga mengucapkan:

-          Engkau telah hidup, sedang masa muda begitu panjang … Ranting mulai bergoyang disertai angin Timur tiba

-          Maka muncullah uban di tempat berkumpulnya … Warna hitam telah hilang maka hilanglah yang gelap

-          Dulu aku berada pada kegelapan lalu terpancarlah sinar fajar rambut putih … Gelap malampun terusir karenanya

-          Kecantikan ranting ada pada pucuknya … Tapi itu setelah ia memiliki batangnya

-          Datanglah maut, maka tunggulah kau yang masih memiliki umur … Umur adalah sedikit sedangkan perjalanan terhitung jumlahnya

-          Mesti ada yang mengganggu bersamaan perkara  yang mencemaskan … Betapa jauh, pintu untuk tetap tinggal telah disumbat

-          Pergilah tinggalkan apa yang telah berlalu … Ulat memakan badan yang telah usang

-          Ya,  kebaikan-kebaikannya menghapus tanah … Tidak diketahui apa yang di dalamnya entah putih ataukah hitam

-          Pendengaran terkadang sudah tuli dari kata-kata nasehat … Kebodohan adalah kapak dan hati adalah batu karang

Beliau melantunkan kembali-semoga Allah merahmatinya-:

-          Hai, apakah yang telah berlalu akan kembali lagi kepadaku? … Ataukah aku akan melihat bintangnya berkelip-kelip (karena sangat jauh)

-          Jika aku ingat-ingat kembali zaman yang telah lalu … Tumbuh kesedihan baru dan akan semakin memberatkan

-          Matahari-matahari telah muncul menguliti … Dengan rata dan aku lihat begitu rata

-          Dulu waktu muda masa,adalah hiburan yang menakjubkan … Wahai, betapa cepat bak cepatnya yang menyusu melepaskan susuannya

-          Bersegeralah dengan apa yang masih ada dan susullah yang telah terluputl … Semoga saja yang masih ada ini bisa bermanfaat

-          Betapa ruginya diriku atas apa yang telah terlewatkan … Dan telah pergilah hari-hari itu menghilang

BAB 4: MASA TUA

Terkadang masih ada sisa hawa nafsu pada masa tua ini, maka orang yang telah memasuki masa tua akan dibalas sesuai dengan kadar kesabaran menghadapinya. Semakin kuat kesabaran orang  tua, maka semakin lemah kadar syahwatnya untuk melakukan dosa. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:

-          Dosa telah meninggalkanmu, maka kaupun juga meninggalkannya … Secara nyata, meski syahwat masih ada di dalam hati

-          Segala puji bagi Allah karena dia telah meninggalkanmu … Bukan karena kamu yang telah meninggalkannya

Jika seseorang yang telah memasuki masa tua lalu sengaja melakukan dosa, sengaja ia berhasrat melakukannya, maka dosa yang datang itu membuatnya rugi serugi-ruginya. Dalam perkara ini Rasulullah -Shallallahu Alaihi Wasallam- bersabda: “Makhluk yang peling dibenci oleh Allah ialah orang tua pezina”. Dan sebagian dari orang tua, ia memiliki hasrat lain yaitu hasrat mengenakan cincin emas, padahal ia masih dilarang pada masa ini pula.

Celakalah ia yang ubannya belum bisa menutupi aibnya (kemaksiatannya) sendiri. Yang demikian itu tidak lain hanyalah rongga di dalam imannya. Seorang ‘alim ulama berkata: “ilmuku mendorongku (untuk meninggalkan maksiat), dan ia sadar bahwa ilmu akan dipertanggungjawabkan kepadaNya”.

Telah ditampakkan dalam mimpi sebagian masayikh (guru-guru) kami, ia ditanya di dalam mimpinya: “apa yang dilakukan oleh Allah -Subhaanahu Wata’aala- kepadamu?” Maka ia menjawab: “Ia mengampuniku akan tetapi Ia membelakangiku”. “Engkau diampuniNya lalu Ia membelakangimu?!”. Ia menjawab: “Iya, membelakangiku dan juga membelakangi sekelompok ulama’ yang belum melaksanakan ilmu-ilmu yang mereka miliki”. “Aku telah melihat sebagian guruku (yang dulunya lalai) dalam keadaan telanjang badan, dan tiga ekor anjing bergelantungan di dadanya dan menggigit menghisapi dadanya”.

Telah ditampakkan di dalam mimpi pula kepada Yahya bin Aktsam. Ia ditanya: “Apa yang Allah -Subhaanahu Wata’aala- lakukan kepadamu?” Ia menjawab: “Ia berkata,: “Hai guru yang buruk!”” begitu pula Mansur bin Ammar juga dicela demikian di dalam mimpinya.

Al-Fudhail -rahmahullah- berkata: “Allah -Subhaanahu Wata’aala- mengampuni dosa orang yang bodoh 70 kali sebelum mengampuni 1 dosa orang yang alim. Allah -Subhaanahu Wata’aala- berfirman:

قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون
Katakanlah, adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?”.(QS. Az-Zumar: 9)

Abu Darda’ R.A. berkata: “Celakalah mereka yang beramal dan tidak berilmu sama sekali, dan celakalah mereka yang berilmu dan tidak melaksanakan ilmunya sebanyak tujuh kali lipat”.

Ia berkata: “Yang paling aku takutkan jika ditanyakan kepadaku: “Apa kau sudah mengamalkannya? ”lalu aku menjawab:  “belum” dan bukan jika aku menjawab: “iya, sudah, tidak ada ayat yang memerintah atau melarang kecuali aku tinggalkan”.

Penulis -semoga Allah merahmatinya- berkata: “Dari sebagian yang aku lantunkan tentang masa tua ini”:

-          Kami telah ditipu oleh masa remaja yang hanya pinjaman … Kami telah sadar dengan uban ini dari tudung penutupnya

-          Cahaya rambut putih menerangi kita jalan yang diberi petunjuk … Kami menyesal karena telah memangkas rambut di tepi pipi

-          Betapa kasihannya umur yang gila ini … Kenikkmatannya melarikan diri seperti orang telanjang (yang melarikan diri)

-          Kami sekarang menangisi apa yang telah kami lakukan … Bagaimana tidak? Betapa sering kami jatuh ke dalam kerugian

-          Kami tidak memiliki apa-apa kecuali kesedihan dan ketakutan … Serta tangisan sedih kerendahan diri dan kepedihan

-          Mari kita tembus yang telah terlakukan dulu … Dan berdiri dari kegelapan dengan permintaan maaf

-          Tidak ada yang lebih utama untuk menghapus dosa … Melebihi kesedihan dan air mata yang deras

-          Kamu akan tahu, hai! kamu yang lalai akan kebenaran ucapanku ini … Jika kamu telah meninggal di dalam perut keledai

-          Biarkanlah teman berjalan mengikutimu … Maka penyesalan akan mendampingimu di dalam tanah yang tidak berpenghuni

-          Maka ambillah kesigapan dan bekal yang cukup bagimu … Untuk perjalananmu ke rumah-rumah itu

-          Nikmatilah bau harum tanaman ‘arar di bukit yang tinggi … Karena setelah sore tidak akan ada tanaman ‘arar lagi

Dia juga berkata:

-          Uban dan aib memiliki rasa marah … Seperti piring hitam dan anak sungai yang berwarna putih

-          Terlalu banyak bersenda gurau sedang rasa lemah terus bertambah … Jasad yang besar melebur dan memutih

-          Jika orang yang sudah beruban ingin melakukan dosa … Sebenarnya dia membencinya, tapi  ia tidak membenci senda gurau di dalamnya

-          Sakit karena kelemahan  tubuh yang menyingkirkan kekuatan … Maka benar saja yang seperti ini boleh dikatakan sakit

BAB 5: MASA TUA RENTA

Yaitu jika seorang manusia menjadi anak yang berjalan di muka bumi selama delapan puluh tahun.

Tidak banyak yang tertinggal dari masa ini kecuali ia akan menyadari apa yang telah lalu, beristighfar memohon ampunan, berdoa, dan mengamalkan apa yang mungkin diamalkan untuk memanfaatkan waktu yang masih ada, hanya untuk persiapan perjalanan nanti.

Dulu Sarah tidak pernah tidur kecuali jika ia ketiduran. Suatu hari ia mendatangi Al-Junaid -semoga Allah merahmatinya-. Ia sekarat dalam keadaan ruku’ dan sujud. Lalu ia ingin melilpatkan kakinya agar bisa lebih mudah melaksanakan ruku’ dan sujud, akan tetapi ia tidak mampu, disebabkan arwah yang mulai keluar dari jasadnya. Maka laki-laki itu berkata:  “Kenapa begini?” Ia menjawab: “ini adalah nikmat-nikmat Allah, Allah yang Maha Agung”.

‘Amir bin Abdil Qois -semoga Allah merahmatinya- dulu melaksanakan shalat seribu rakaat setiap harinya, lalu ia bertemu seorang laki-laki dan ia berkata kepada lelaki itu: “Aku beri tahu kamu sesuatu” lalu laki-laki itu menjawab: “Peganglah matahari itu hingga kau memberi tahu aku sesuatu”. Lalu laki-laki itu memerintahkan kepadanya: “cepatlah, karena aku saat ini sedang tergesa-gesa”. Ia berkata: “apa yang membuatmu tergesa-gesa?” ia menjawab: “Keluarnya arwahku”, karena ia merasa ajalnya telah dekat.

Utsman Al-Baqilani -semoga Allah merahmatinya- berkata: “waktu yang paling aku benci adalah waktu sarapanku, karena sarapan saat itu menyibukkanku dari berdzikir”.

Dawud At-Tha’i -semoga Allah merahmatinya- dulu suka meminum sari kurma dan tidak memakan roti, maka ia ditanya karena perbuatannya itu, ia menjawab: “Jika dibandingkan antara waktu makan roti dan meminum sari kurma, beda jarak waktu antara keduanya sebanyak waktu membaca 50 ayat (Al-Qur’an)”.

Sekelompok kaum pernah menghampiri seorang abid (ahli ibadah) tua. Mereka berkata: “maaf, mungkin kemi menyibukkanmu” maka ia langsung menyahut: “Benar, tadi aku sedang membaca, sekarang kalian malah medesak waktuku”.

Maka siapa yang mengerti akan keagungan umur, ia akan memanfaatkannya. Disebutkan di dalam hadits yang Shahih, Rasulullah –Shallalahu ‘Alaihi Wasallam- bersabda: “Siapa yang berkata “Subhaanalaahu wa bihamdihi”, akan ditanamkan baginyanya sebuah pohon kurma di surga

Al-Hasan -semoga Allah merahmatinya- berkata: “Surga adalah lembah, dan para malaikat-lah yang menanaminya, terkadang mereka (para malaikat) juga lelah. Lalu mereka ditanya: “Kenapa kalian lelah?” Mereka menjawab: “Karena teman kami telah lelah (dari dzikir)”. Al-Hasan berkata: “Panjangkanlah dzikir kalian, semoga Allah merahmati kalian”.

Kami (penulis) melihat sebagian orang tua malah bersantai-santai ketika ada sekelompok orang mendatangi mereka untuk suaru keperluan. Lalu mereka malah memperdengarkan omongan-omongan yang tidak berguna, dengan itu waktu telah mereka lewati tanpa memiliki makna sesuatupun. Jika saja mereka memahami, sebuah kalimat tasbih saja  akan lebih baik (daripada senda gurauan itu). Ini tidak akan terjadi kecuali saat mereka lalai akan hari Akhirat. Karena dengan satu tasbih saja, ia akan mendapatkan pahala seperti yang telah disebutkan tadi, sedangkan senda gurau yang isinya tentang dunia justru merugikan, tak ada gunanya.

Abu Musa Al-Asy’ari R.A. dulu berpuasa pada siang hari, maka seseorang mencoba bertanya kepadanya: “Anda sudah tua renta tuanku” Ia menjawab: “Aku mempersiapkannya untuk hari yang panjang”.

Ada yang berkata kepada seorang ahli ibadah: “Sayangilah dirimu” maka ia membalas: “Kasih sayanglah yang aku minta”.

Beberapa teman Saari As-Saqhty -semoga Allah merahmatinya- datang kepadanya berkunjung, lalu didapatkan disekitarnya segerombolan orang, maka teman-temannya berkata kepadanya: “Hai As-Saqhty, kau sekarang sudah menjadi satelit untuk para pengangguran” maka ia pergi dan belum sempat duduk bersama mereka.

Siapa yang mengerti akan keagungan dan betapa bernilainya umur yang ia miliki, ia tidak akan menyia-nyiakannya walau sekejap. Hendaklah orang yang sudah tua renta agar mengisi bekal diri serta untuk orang-orang disekelilingnya, dan hendaklah ia memperhitungkan waktu yang telah terambil.

Semoga Allah memberikan manfaat bagi kami dan kalian semua atas ilmu kami, begitu pula atas faidah-faidah yang semoga bisa dipahami. Ya Allah nikmatkanlah pandangan kami dan pendengaran kami. Dan jangan jadikan ilmu kami adzab atas kami nanti. Sesungguhnya Ia adalah Wali yang mampu untuk melaksanakannya. Semoga Allah memberikan keselamatan atas Nabi kita Muhammad beserta semua keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Ditulis oleh penulis pada hari kamis yang diberkahi, tanggal 19 Jumadal Akhir, tahun 1098 Hijriyah. Cukuplah Allah sebagai pelindung bagi kami, dan tiada kemampuan dan kekuatan kecuali dengan ijin Allah yang Maha Agung. Semoga Allah memberikan keselamatan atas junjungan kita Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul dan bagi para sahabatnya. Aamiin.

Diterjemahkan oleh penerjemah pada hari Sabtu, 14 Februari 2015 M atau 25 Rabi’uts Tsani 1436 H, di Universitas Islam Madinah – Kerajaan Saudi Arabia. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga Allah memberikan keselamatan atas junjungan kita Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul dan bagi para sahabatnya. Aamiin.

Judul asli naskah: تنبيه النائم الغمر على مواسم العمر لابن الجوزي


Naskah terjemahan merupakan naskah juara pertama lomba menerjemahkan pada event PEKILO 2014 (Pekan Kegiatan Ilmiah dan Olahraga) di Universitas Islam Madinah

HD Best Cool Amazing Islamic Wallpaper Iskandar Alukhal Design Dakwah Islam Indonesia Desain Islam

0 Response to "Tahapan Umur Manusia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel